ilustrasi investor
Kementerian Keuangan kembali menerbitkan instrumen surat utang yang ditujukan bagi investor ritel domestik. Melalui instrumen ini, investor milenial dapat membeli obligasi negara ritel Indonesia (ORI) seri 016 dengan tingkat kupon 6,8%.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Loto Srinaita Ginting mengutarakan, instrumen ini dapat diperdagangkan di pasar sekunder dan sudah dapat dibeli secara daring (online).
Seperti diketahui, pada 2018, penjualan ORI masih dilakukan secara luring (offline). Penjualan secara online, diyakini akan semakin meningkatkan partisipasi dari investor generasi milenial.
"Investor bisa membeli ORI 016 mulai Rp 1 juta, maksimal Rp 3 miliar," kata Loto, dalam acara peluncuran di Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Saat ini, penjualan ORI-016 sudah difasilitasi oleh 14 bank, empat sekuritas, dan lima perusahaan.
keuangan berbasis teknologi (fintech). Fintech tersebut terdiri dari dua perusahaan fintech peer to peer lending (P2P) dan tiga fintech berizin khusus sebagai agen penjual reksa dana (Aperd).
Perbankan terdiri dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Permata Tbk (BNLI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), dan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP).
Bank lain adalah PT Bank HSBC Indonesia, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank UOB Indonesia, dan PT Bank Commonwealth. Sekuritas yang menjual ORI-016 adalah PT Trimegah Sekuritas Tbk (TRIM), PT Danareksa Sekuritas, PT Bahana Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas.
Di sisi fintech, perusahaan P2P adalah PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku) dan PT Investree Radhika Jaya dan perusahaan fintech Aperd terdiri dari PT Bareksa Portal Investasi, PT Star Mercato Capitale (TanamDuit), dan PT Nusantara Sejahtera Investama (Invisee).
ORI-016 akan ditawarkan pada 2 Oktober-24 Oktober dan difinalkan pada 28 Oktober. Penyelesaian penawaran (settlement) akan dilakukan pada 30 Oktober 2019.
Loto menambahkan, ke depan instrumen ini dapat diperjualbelikan melalui electronic trading platform (ETP) yang diproyeksikan akan mulai terealisasi pada tahun depan.
"Ke depan akan ETP, saat ini belum selesai, kami harapkan ORI bisa diperjualbelikan dalam bentuk ETP, mungkin 2020," pungkasnya.
Sumber : cnbcindonesia.com
ilustrasi investor
Kementerian Keuangan kembali menerbitkan instrumen surat utang yang ditujukan bagi investor ritel domestik. Melalui instrumen ini, investor milenial dapat membeli obligasi negara ritel Indonesia (ORI) seri 016 dengan tingkat kupon 6,8%.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Loto Srinaita Ginting mengutarakan, instrumen ini dapat diperdagangkan di pasar sekunder dan sudah dapat dibeli secara daring (online).
Seperti diketahui, pada 2018, penjualan ORI masih dilakukan secara luring (offline). Penjualan secara online, diyakini akan semakin meningkatkan partisipasi dari investor generasi milenial.
"Investor bisa membeli ORI 016 mulai Rp 1 juta, maksimal Rp 3 miliar," kata Loto, dalam acara peluncuran di Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Saat ini, penjualan ORI-016 sudah difasilitasi oleh 14 bank, empat sekuritas, dan lima perusahaan.
keuangan berbasis teknologi (fintech). Fintech tersebut terdiri dari dua perusahaan fintech peer to peer lending (P2P) dan tiga fintech berizin khusus sebagai agen penjual reksa dana (Aperd).
Perbankan terdiri dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Permata Tbk (BNLI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), dan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP).
Bank lain adalah PT Bank HSBC Indonesia, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank UOB Indonesia, dan PT Bank Commonwealth. Sekuritas yang menjual ORI-016 adalah PT Trimegah Sekuritas Tbk (TRIM), PT Danareksa Sekuritas, PT Bahana Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas.
Di sisi fintech, perusahaan P2P adalah PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku) dan PT Investree Radhika Jaya dan perusahaan fintech Aperd terdiri dari PT Bareksa Portal Investasi, PT Star Mercato Capitale (TanamDuit), dan PT Nusantara Sejahtera Investama (Invisee).
ORI-016 akan ditawarkan pada 2 Oktober-24 Oktober dan difinalkan pada 28 Oktober. Penyelesaian penawaran (settlement) akan dilakukan pada 30 Oktober 2019.
Loto menambahkan, ke depan instrumen ini dapat diperjualbelikan melalui electronic trading platform (ETP) yang diproyeksikan akan mulai terealisasi pada tahun depan.
"Ke depan akan ETP, saat ini belum selesai, kami harapkan ORI bisa diperjualbelikan dalam bentuk ETP, mungkin 2020," pungkasnya.
Sumber : cnbcindonesia.com
Kementerian Keuangan kembali menerbitkan instrumen surat utang yang ditujukan bagi investor ritel domestik. Melalui instrumen ini, investor milenial dapat membeli obligasi negara ritel Indonesia (ORI) seri 016 dengan tingkat kupon 6,8%.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Loto Srinaita Ginting mengutarakan, instrumen ini dapat diperdagangkan di pasar sekunder dan sudah dapat dibeli secara daring (online).
Seperti diketahui, pada 2018, penjualan ORI masih dilakukan secara luring (offline). Penjualan secara online, diyakini akan semakin meningkatkan partisipasi dari investor generasi milenial.
"Investor bisa membeli ORI 016 mulai Rp 1 juta, maksimal Rp 3 miliar," kata Loto, dalam acara peluncuran di Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Saat ini, penjualan ORI-016 sudah difasilitasi oleh 14 bank, empat sekuritas, dan lima perusahaan.
keuangan berbasis teknologi (fintech). Fintech tersebut terdiri dari dua perusahaan fintech peer to peer lending (P2P) dan tiga fintech berizin khusus sebagai agen penjual reksa dana (Aperd).
Perbankan terdiri dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Permata Tbk (BNLI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), dan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP).
Bank lain adalah PT Bank HSBC Indonesia, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank UOB Indonesia, dan PT Bank Commonwealth. Sekuritas yang menjual ORI-016 adalah PT Trimegah Sekuritas Tbk (TRIM), PT Danareksa Sekuritas, PT Bahana Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas.
Di sisi fintech, perusahaan P2P adalah PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku) dan PT Investree Radhika Jaya dan perusahaan fintech Aperd terdiri dari PT Bareksa Portal Investasi, PT Star Mercato Capitale (TanamDuit), dan PT Nusantara Sejahtera Investama (Invisee).
ORI-016 akan ditawarkan pada 2 Oktober-24 Oktober dan difinalkan pada 28 Oktober. Penyelesaian penawaran (settlement) akan dilakukan pada 30 Oktober 2019.
Loto menambahkan, ke depan instrumen ini dapat diperjualbelikan melalui electronic trading platform (ETP) yang diproyeksikan akan mulai terealisasi pada tahun depan.
"Ke depan akan ETP, saat ini belum selesai, kami harapkan ORI bisa diperjualbelikan dalam bentuk ETP, mungkin 2020," pungkasnya.
Sumber : cnbcindonesia.com