Home
/ Bali
/ Wisata
/ 3 Alasan Bali Tidak Layak Dikunjungi pada Tahun 2020 Versi Fodor
Dok. Humas Kementerian Pariwisata RI
Pura Urun Danu Bratan, Bedugul, Bali
Bali masuk dalam daftar No List 2020 yang dirilis oleh Fodor’s Travel.
Dalam daftar tersebut, media wisata asal Amerika Serikat tersebut menyatakan pertimbangan mereka untuk tidak mengunjungi Bali pada 2020.
Pertimbangan itu muncul bukan tanpa alasan, salah satunya karena dampak dari pariwisata masal.
Dalam situsnya, Fodor’s Travel menyatakan Bali telah menderita efek pariwisata massal dalam beberapa tahun terakhir.
Berikut 3 alasan Bali tidak layak dikunjungi pada tahun 2020 versi Fodor’s Travel:
1. Sampah
Pada tahun 2017, Bali dinyatakan sebagai kawasan darurat sampah lantaran banyaknya sampah plastik di perairan dan pantai.
Sampah dapat menggangu ekosistem biota laut di perairan. Tak itu saja, sampah yang berserakan akan memudarkan keindahan obyek wisata.
Dikutip dari Fodor’s Travel, Badan Lingkungan Hidup di Bali mencatat bahwa pulau itu menghasilkan 3.800 ton sampah setiap hari, dengan hanya 60 persen berakhir di tempat pembuangan sampah.
Menanggapi hal tersebut Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan bahwa Bali terus berbenah untuk masalah sampah.
Salah satu realisasinya adalah menetapkan pembatasan sampah plastik sekali pakai melalui Peraturan Gubernur Bali No.97/2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.
2. Kelangkaan air bersih
Shutterstock
Devils Tear di Nusa Lembongan, Bali
Pesona Pulau Dewata memang menakjubkan. Tak ayal, banyak turis yang rela datang dari luar kota, bahkan luar negeri.
Ramainya turis, membuat menjamurnya hotel dan penginapan di seluruh Bali.
Namun jarang diketahui, jika hal ini berdampak negatif terhadap tersedianya air bersih.
Pernyataan dari Fodor’s Travel mengacu dari salah satu tulisan di VICE. Dikutip dari VICE, pelaku utama yang menyebabkan kelangkahan air bersih adalah industri pariwisata.
Sebanyak 65 persen air tanah di pulau itu digunakan oleh sektor pariwisata. Studi-studi menemukan bahwa, kamar hotel dan villa mengkonsumsi sekitar 3.000 liter air setiap hari.
3. Perilaku tidak sopan wisatawan
Perilaku turis kerap kali bertentangan dengan aturan adat dan norma kesopanan Bali.
Beberapa perilaku yang sempat heboh seperti mengunjungi situs budaya dengan mengenakan pakaian renang hingga memanjat situs-situs suci.
Beberapa bulan lalu, misalnya, sempat viral turis Ceko yang mencipraktkan air suci dari Pelinggih yang ada di kawasan Monkey Forest Ubud, Bali ke bagian bokong perempuan.
Akibatnya, kedua turis itu terkena sanksi adat.
Tanggapan Wagub Bali dan PHRI Badung
Sementara itu, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Arta Ardana Sukawati alias Cok Ace menilai, pemberitaan media asing yang menyebut Bali tak layak dikunjungi pada 2020 merupakan sesuatu yang berlebihan.
Menurutnya, hal tersebut tak elok untuk diungkapkan.
"Jadi apa yang diungkap kemarin di suatu majalah di Amerika tersebut terlalu berlebihan menurut saya," kata Cok Ace, kepada wartawan usai Upacara Peringatan Puputan Margarana di Tabanan, Rabu (20/11/2019).
Ia menyebut, selama ini Bali sudah sering sekali mendapat penghargaan di dunia internasional. Bali juga tak berhenti untuk terus meningkatkan kualitas pariwisatanya.
Hal tersebut dibuktikan dengan keluarnya aturan-aturan, salah satunya untuk pengendalian sampah plastik.
Namun, Cok Ace akan menjadikan pemberitaan tersebut sebagai bahan koreksi untuk pariwisata bali.
Sementara itu, dikutip dari Tribunnews.com, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Pariwisata (PHRI) Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya mengaku cukup prihatin dengan pemberitaan Fodor's Travel
"Saya prihatin wacana seperti ini akan kian menjerumuskan Bali, apalagi belakangan ranking Bali tidak menjadi nomor satu di dunia," imbuhnya.
Solusi jangka pendek, PHRI Bali dan seluruh kabupaten/kota akan berkoordinasi dengan pemerintah dan stakeholder terkait.
"Saya juga rencana ketemu dengan Konjen Amerika ihwal ini, dalam waktu dekat. Sehingga bisa mendapatkan solusi meredam isu seperti ini,” tegasnya.
Bali masuk dalam daftar No List 2020 yang dirilis oleh Fodor’s Travel.
Dalam daftar tersebut, media wisata asal Amerika Serikat tersebut menyatakan pertimbangan mereka untuk tidak mengunjungi Bali pada 2020.
Pertimbangan itu muncul bukan tanpa alasan, salah satunya karena dampak dari pariwisata masal.
Dalam situsnya, Fodor’s Travel menyatakan Bali telah menderita efek pariwisata massal dalam beberapa tahun terakhir.
Berikut 3 alasan Bali tidak layak dikunjungi pada tahun 2020 versi Fodor’s Travel:
1. Sampah
Pada tahun 2017, Bali dinyatakan sebagai kawasan darurat sampah lantaran banyaknya sampah plastik di perairan dan pantai.
Sampah dapat menggangu ekosistem biota laut di perairan. Tak itu saja, sampah yang berserakan akan memudarkan keindahan obyek wisata.
Dikutip dari Fodor’s Travel, Badan Lingkungan Hidup di Bali mencatat bahwa pulau itu menghasilkan 3.800 ton sampah setiap hari, dengan hanya 60 persen berakhir di tempat pembuangan sampah.
Menanggapi hal tersebut Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan bahwa Bali terus berbenah untuk masalah sampah.
Salah satu realisasinya adalah menetapkan pembatasan sampah plastik sekali pakai melalui Peraturan Gubernur Bali No.97/2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.
2. Kelangkaan air bersih
Shutterstock
Devils Tear di Nusa Lembongan, Bali
Pesona Pulau Dewata memang menakjubkan. Tak ayal, banyak turis yang rela datang dari luar kota, bahkan luar negeri.
Ramainya turis, membuat menjamurnya hotel dan penginapan di seluruh Bali.
Namun jarang diketahui, jika hal ini berdampak negatif terhadap tersedianya air bersih.
Pernyataan dari Fodor’s Travel mengacu dari salah satu tulisan di VICE. Dikutip dari VICE, pelaku utama yang menyebabkan kelangkahan air bersih adalah industri pariwisata.
Sebanyak 65 persen air tanah di pulau itu digunakan oleh sektor pariwisata. Studi-studi menemukan bahwa, kamar hotel dan villa mengkonsumsi sekitar 3.000 liter air setiap hari.
3. Perilaku tidak sopan wisatawan
Perilaku turis kerap kali bertentangan dengan aturan adat dan norma kesopanan Bali.
Beberapa perilaku yang sempat heboh seperti mengunjungi situs budaya dengan mengenakan pakaian renang hingga memanjat situs-situs suci.
Beberapa bulan lalu, misalnya, sempat viral turis Ceko yang mencipraktkan air suci dari Pelinggih yang ada di kawasan Monkey Forest Ubud, Bali ke bagian bokong perempuan.
Akibatnya, kedua turis itu terkena sanksi adat.
Tanggapan Wagub Bali dan PHRI Badung
Sementara itu, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Arta Ardana Sukawati alias Cok Ace menilai, pemberitaan media asing yang menyebut Bali tak layak dikunjungi pada 2020 merupakan sesuatu yang berlebihan.
Menurutnya, hal tersebut tak elok untuk diungkapkan.
"Jadi apa yang diungkap kemarin di suatu majalah di Amerika tersebut terlalu berlebihan menurut saya," kata Cok Ace, kepada wartawan usai Upacara Peringatan Puputan Margarana di Tabanan, Rabu (20/11/2019).
Ia menyebut, selama ini Bali sudah sering sekali mendapat penghargaan di dunia internasional. Bali juga tak berhenti untuk terus meningkatkan kualitas pariwisatanya.
Hal tersebut dibuktikan dengan keluarnya aturan-aturan, salah satunya untuk pengendalian sampah plastik.
Namun, Cok Ace akan menjadikan pemberitaan tersebut sebagai bahan koreksi untuk pariwisata bali.
Sementara itu, dikutip dari Tribunnews.com, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Pariwisata (PHRI) Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya mengaku cukup prihatin dengan pemberitaan Fodor's Travel
"Saya prihatin wacana seperti ini akan kian menjerumuskan Bali, apalagi belakangan ranking Bali tidak menjadi nomor satu di dunia," imbuhnya.
Solusi jangka pendek, PHRI Bali dan seluruh kabupaten/kota akan berkoordinasi dengan pemerintah dan stakeholder terkait.
"Saya juga rencana ketemu dengan Konjen Amerika ihwal ini, dalam waktu dekat. Sehingga bisa mendapatkan solusi meredam isu seperti ini,” tegasnya.
No comments
Post a Comment